Sabtu, 16 Agustus 2008

PIDATO KENEGARAAN 15-8-2008

Sabtu, 16 Agustus 2008
Pidato SBY Dinilai Kampanye Terselubung
Di Depan Rapat Paripurna DPR Kemarin

JAKARTA - Pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ditanggapi beragam oleh fraksi-fraksi di Senayan. Tidak sedikit yang menganggap SBY telah memanfaatkan forum tersebut untuk kampanye menjelang 2009.

''Pidato presiden lebih pada pidato politik, bukan pidato kenegaraan,'' kritik anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) Drajad H. Wibowo dalam acara tanggapan fraksi-fraksi atas pidato kenegaraan presiden di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, kemarin (15/8).

Dia menilai pidato SBY tersebut mirip kampanye politik incumbent dalam dunia politik modern. Biasanya, dalam sebuah momen seremonial seperti itu, diselipkan pembelaan terhadap wacana atau isu yang berkembang di masyarakat. Misalnya, membela diri tentang kemiskinan, pengangguran, pendidikan, hingga isu politik yang menyudutkan pribadinya.

Drajad lantas mencontohkan beberapa kejanggalan dalam pidato tersebut. Misalnya, paparan yang menjelaskan penurunan angka kemiskinan. Dia menilai, Badan Pusat Statistik (BPS) telah memberikan laporan yang terkesan asal bapak senang (ABS). ''BPS sangat kreatif dalam memanipluasi indikator-indikator dalam penghitungan angka kemiskinan,'' ungkapnya.

Dia mencontohkan, penduduk Indonesia yang bekerja serabutan tidak lagi dimasukkan dalam kategori miskin. Padahal, dalam perhitungan sebelumnya, mereka dikategorikan sebagai orang miskin dengan perhitungan standar penghasilan tertentu. ''Logikanya, kalau angka kemiskinan menurun, jumlah penerima BLT (bantuan langsung tunai, Red) berkurang. Nah, sekarang justru bertambah banyak,'' ujarnya.

Terkait dengan pencanangan swasembada beras pada 2008, Drajad juga melihat ada kejanggalan. Menurut dia, sejumlah wilayah lumbung beras di Pulau Jawa saat ini terancam kekeringan. Sementara dalam pidatonya, presiden tidak menjelaskan strategi menghadapi ancaman kekeringan tersebut. ''Bahkan, SBY tidak memaparkan data produksi beras dan prediksi berapa besar hasil panen untuk mencapai swasembada,'' ujarnya.

Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) Effendy Choirie juga menilai pidato presiden kemarin merupakan ajang kampanye gratis bagi SBY. Hal itu terlihat pada beberapa substansi pidato yang masih jauh dari harapan masyarakat. Rakyat hanya disuguhi gambaran gagah seorang presiden dengan penampilan rapi dan gaya pidato atraktif. ''Nggak apa-apa juga rakyat senang. Tapi, rakyat lebih senang tindakan yang konkret,'' tegasnya.

Kritik banyak, pujian juga banyak. Pujian datang dari partai utama pendukung pemerintah. Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) Priyo Budi Santoso misalnya, menegaskan pihaknya tidak ragu-ragu lagi mendukung pemerintah. ''Tidak terduga bisa sedahsyat itu. Saya yang mempelopori standing ovation. Yudhoyono benar-benar menunjukkan kelasnya hari ini,'' cetus dia.

Pidato presiden tersebut dinilai berhasil menutupi isu miring yang menimpa pemerintah akhir-akhir ini. Sejumlah data keberhasilan menunjukkan bahwa pemerintah tetap bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ''Segala jurusnya dikerahkan untuk tampil lebih gagah. Hingga menutup hiruk-pikuk pemberitaan media yang memojokkan pemerintah selama ini,'' ujarnya.

Langkah presiden yang meningkatkan anggaran pendidikan menjadi 20 persen juga mendapat pujian. Langkah tersebut merupakan jawaban dari tantangan masyarakat selama empat tahun masa kepemimpinan SBY. ''Apa yang ditunjukkan presiden merupakan manajemen terbaik untuk negara kita. Hari ini kita melihat kualitas seorang presiden,'' ungkap Ketua Fraksi Partai Demokrat Syariffudin Hasan. (cak/tof)

Tidak ada komentar: